-REFLEKSI DI TENGAH PANDEMI –
Dulu …
Ia disepelekan oleh dunia
Dan dianggap bagaikan angin semilir berhembus
Hanya sekedar melihat dan mendengar
Dari negeri tirai bambu
Dan menganggap semuanya
Akan pulih kembali.
Hingga tiba saatnya,
Ia datang seperti perampok dunia,
Merenggut keramaian di malam hari,
Menelan hiruk pikuk kemacetan jalan,
Mencuri ketentraman manusia,
Membisukan riuhnya nyanyian pujian
Di setiap rumah ibadah,
Meruntuhkan keadaan setiap negara.
Ia tak kenal waktu,
Ia tak kenal status hidup,
Ia tak kenal uang dan harta,
Ia tak kenal kehormatan,
Ia tak kenal pangkat dan jabatan.
Ia menerobos kemunafikan manusia,
Ia menghujam keangkuhan manusia,
Ia memperlihatkan kepicikan nurani manusia,
Ia menunjukkan kesombongan rohani,
Ia menghancurkan ambisi diri manusia.
Manusia meradang tak berkutik,
Merintih setiap detik
Menelan ludah keheranan
Menangis di setiap sudut ruangan
Sambil melantunkan ampun
pada Sang Penguasa Semesta
Itukah rupa asli manusia itu ?
Refleksi insan, kini mulai sadar diri
Manusia dipaksa mencari Tuhannya sendiri,
Tidak di rumah ibadah atau perkumpulan
Tapi pada pemanjatan doa yang kau panjatkan setiap saat,
Pada relung hatimu yang terdalam.
Oleh : Oktavia Veronica Sinaga
Ekonomi Pembangunan, Maper 2019